Wednesday, June 13, 2012

Merangkai Doa Kecil dalam Perjalanan Imanku

KMK Budi Luhur mengadakan acara ziarah dan live in tahunan. Pada tahun ini daerah tempat tinggal yang dipilih oleh para panitia adalah desa Juwangi, Purwodadi. 

Pada tanggal 16 Mei 2012 pukul 15.00 beberapa peserta sudah ramai memenuhi sekre KMK yang terletak disamping gedung biru, ada yang nitip tas, makan pop mie, ngerumpi dan hanya heboh dengan barang bawaannya. Hujanpun turun begitu deras menemani sore penantian kami. 

Pukul 16.30 para panitia mulai sibuk mendata ulang peserta. Saya mendapatkan nametag saya dan disana tertulis nama saya, cicilia. Kami masuk kedalam bis, nama bisnya Symphony. Cukup bagus dan nyaman. Saat itu saya memilih duduk disamping Yulius dan Samantha, ya saya menjadi nyamuk diantara mereka. Hihihihi...

Pukul lima lewat 18 menit bus mulai jalan dari kampus Budi Luhur. Sebelum menempuh perjalanan yang akan terasa panjang kami berdoa bersama yang dipimpin oleh saya J.

Kami menempuh perjalanan yang panjang dan berhenti di beberapa rest area dan toilet karna di dalam bis tidak terdapat toilet. Akibatnya perjalanan kami lumayan terlambat dari yang sebelumnya di rencanakan.

Panitia berencana pukul 4 pagi sudah sampai di purwodadi dan kami dapat istirahat sebelum mengikuti kegiatan disana, namun ternyata kami baru tiba disana pukul 10 pagi. puji Tuhan tiba dengan selamat. Kami sampai pada sebuah wisma, wisma wana. Wana yang berarti hutan. Ya, letak wisma kami didaerah perhutani yang mengembangbiakan pohon jati, sejuk, tanpa polusi ibukota. Setelah tiba kami langsung bersiap siap dan sarapan pagi. kami harus bergegas karna pukul 10.30 kami harus datang ke misa kenaikan Isa Almasih.  


Karna saya tidak mau sampai terlambat menghadiri misa saya jalan duluan naik motor bersama Rani teman KMK saya dan Bangkit ( salah satu OMK St Michael yang mendapingi kami sepanjang acara) menuju kapel.

Khotbah di kapel pagi itu sangat menarik bagi saya, mengenai sikap kita dalam berorganisasi. Kalau seseorang berorganisasi tidak tulus dengan hati maka semua kegiatan tidak akan berlangsung dengan baik, karna tidak ada sukacita dan kasih dalam hati mereka. Kalau berorganisasi mementingkan egoisme sendiri maka organisasi akan menjadi hancur. Hal tersebut mengingatkan saya pada pentingnya bersikap dalam berorganisasi terutama organisasi/keluarga kecil KMK. 

Setelah selesai misa kira kira pukul 12.30 kami semua bergegas menuju tempat jalan salib kami yang pertama. Goa Maria Sendang Jati di Panadaran. Kami semua pergi ke Sendang Jati menggunakan 3 bis mini, angkutan kecil disana. Udaranya lumayan panas dan membuat kami semua bersauna di dalamnya. Jalan yang di tempuh pun cukup jauh, berkelak kelok dan cukup berayun ayun ketika melewati jalan yang masih berbatu batu tajam tapi ada keseruan tersendiri yang saya rasakan karna saya dapat melihat indahnya alam yang Ia ciptakan. 

Kira kira satu jam perjalanan kami tiba di Sendang Jati. Ya, diluar dugaan saya mengenai tempat Jalan Salib lainnya. Tempat ini sangat berbeda, bersatu langsung dengan Alam, kurang sentuhan tangan tangan arsitektur yang membuatnya indah tapi tetap terasa indah karna semua alami dan bersatu dengan alam, sehingga lebih terasa dekat dengan penciptanya. Kami dibagi dalam 4 kelompok jalan salib. Saya kelompok 4 yang menjadi kelompok terakhir.

Setelah selesai kira kira pukul 16.30 kami semua kembali ke Wisma Wana. Setelah tiba disana saya langsung membooking kamar mandi sebelum banyak yang mandi. Setelah mandi saya beristirahat sejenak merilekskan badan dari lelahnya acara sepanjang hari sejak kemarin lalu menyantap makan malam. 

Pukul 20,00 acara dimulai, kami semua berkumpul di aula wisma, disana terdapat bapak ronald pemilik dari wisma yang kami tempati sekaligus yang bertanggung jawab terhadap hutan di juwangi. Disana juga terdapat orang liturgi, Romo Ipeng dan Romo Carol, juga para OMK St. Michael. 

Acara pertama di buka oleh panitia. Kami semua mempersembahkan lagu Mars KMK yang diiringi keyboard oleh Yauhan. Lalu pihak liturgi Juwangi membawakan materi mengenai kepribadian. Satu materi yang saya ingat adalah manusia = pensil.  

Manusia itu ibarat sebuah pensil. Ada 5 pokok penting dan apabila kita berhasil menerapkannya maka kita akan merasakan damai dalam menjalani kehidupan ini. 

1. Pensil mampu menghasilkan karya yang indah,namun sebagai sebatang pensil,ada tangan yang senantiasa bekerja dan membimbing. Kita menyebutnya tangan Tuhan yang membimbing kita sesuai kehendakNya. 

2. Ketika pensil mulai tumpul pensil harus diraut. Pensil akan merasa sakit sedikit namun setelahnya ia akan menjadi lebih tajam. Begitu juga dengan kita. Kita harus menanggung beberapa penderitaan dan kesedihan untuk menjadikan kita menjadi lebih baik. 

3. Ketika pensil salah ada penghapus yang dapat menghapus kesalahan yang dilakukan begitu pula dengan kita yang terkadang sering melakukan dosa lalu mohon ampun pada Bapa dan kembali lagi berkarya 

4. bagian yang terpenting dari sebatang pensil bukan bagian luarnya yang dari kayu,tapi bagian dalamnya yang dari grafit. Jadi yang terpentin dalam diri kita ada didalam hati nurani kita. 

5. Setiap goresan yang dilakukan akan meninggalkan bekas,begitu pula dengan apa yang kita lakukan dalam hidup. 

Acara selanjutnya diisi oleh pak Ronald. Beliau menceritakan kehidupan perhutani, sebagai manusia kita harus mencintai Alam karna Alam adalah ciptaan Allah. Beliau juga memberikan cuplikan bagaimana pentingnya air dalam kehidupan manusia dan bagaimana sikap kita dalam pelestarian alam khususnya menghargai air. Hal tersebut membuat saya semakin sadar bahwa alam ini perlu dijaga. 

Setelah pak Ronald selesai menyampaikan sambutannya giliran para Romo yang mengisi materi. Kami melakukan beberapa Ice breaking yang menyenangkan dan membuat seluruh peserta bergoyang.







Materi yang dibawakan oleh Romo sangat menarik hati saya. Pertama tama kami semua dibagi menjadi 8 kelompok. Kelompok ini akan terus bersama sampai besok hari. Setelah membuat satu kelompok kami berbaris dan duduk romo memulai dengan game pijet pijetan. Merilekskan badan yang capek seharian. Setelah itu Romo meminta perwakilan kelompok untuk maju kedepan. Kelompok saya memilih dito untuk maju kedepan. Saat didepan semua dibagikan telur tetapi ketika giliran kelompok saya mengambil telur ternyata telurnya kurang sehingga kami tidak kebagian. Satu kalimat yang romo ucapkan saat itu adalah

“Jangan kecewa karena kami terlambat mendapatkan telur, setiap hal terjadi pasti ada maksudnya. Yang terakhir belum tentu menjadi yang terakhir” Lalu beliau menunjuk saya “Saya kasih satu pertanyaan ya, kamu sering terlambat ya datang kuliah?” 



Lalu saya mengangguk dan mengataka “Iya”
“Itu sebabnya kelompokmu dapat telur terlambat” 

Jlebbb.. kok bisa tau. Haha saya sedikit penasaran. Ketika telur miliks kelompok saya datang kami semua dibriefing. Telur ini harus didoakan terlebih dahulu, setiap pribadi harus menyatakan ujud dari doakan dan didoakan pada telur tersebut. Telur itu harus selalu dibawa, setiap 5 menit sekali telur itu harus dipindah tangankan ke teman lain. Telur itu tidak boleh menganggur da n harus selalu dipegang, ketika saya ingin memulai mendoakan telur tersebut tiba tiba saja saya melihat keretakan pada telur kelompok saya. Wah kejadian buruk lagi. Saya lalu bilang pada romo dan Romo menukarkan telur saya dengan telur yang baru. Kami mulai berdoa bersama. Dan dengan penuh keyakinan dengan teguh dan percaya kami yakin bahwa telur ini akan kuat. Romo pun memberkati setiap kelompok.
Setelah itu panitia membagikan lilin kepada kami. Romo memulai dengan renungan penenang hati lalu menistruksikan bahwa kita harus menjaga lilin itu agar tidak padam, kita harus percaya dan berdoa atau menyanyi apa saja dan yakin bahwa api itu akan terus menyala. Sambil berbaris kami mulai berjalan keluar dan keliling wisma dengan api menyala. Kami harus menjaga api itu agar tetap menyala. Saya  dan kelompok saya berdoa Salam Maria sepanjang jalan dan kami dapat kembali ke wisma dengan api yang menyala dan tidak sekalipun mati. Setibanya di wisma romo bertanya kepada kelompok saya apakah lilin kami ada yang mati. Dan kami menjawab tidak. Lalu ia bertanya bagaimana perasaan ketika lilin tidak mati. Pastinya bangga. Banyak kelompok lain yang lilinnya ada yang mati beberapa. Puji Tuhan lilin kami selamat.


Setibanya di wisma kami masing masing kelompok diminta membuat lingkaran lalu duduk. Dengan lilin menyala Romo meninstruksikan kami untuk meneteskan lilin itu ketangan kiri. Lalu dengan hati hati dan takut saya mulai meneteskan lilin itu ke tangan kiri. Dengan menutup mata saya menahan sakit panasnya lilin itu menusuk kedalam kulit saya. Lalu Romo menjelaskan bahwa itu adalah rasa sakit  ketika kita melakukan pekerjaan yang sia sia, tidak berguna dan menyakiti diri sendri. Lalu Romo meminta kami meneteskan lagi ke tangan kanan. Walau sakit yang dirasakan hanya sebentar namun sakit itu begitu menusuk.
Malam berganti subuh. Berikutnya Romo meminta kami meneteskan lilin itu pada tangan kanan teman kami yang ada disebelah kiri. Bayangkan kita mengetahui sakitnya dan kita harus menyakiti orang yang tidak bersalah disamping kita dengan lilin itu. dengan meminta maaf sebelumnya saya meneteskan lilin itu pada teman saya, dan teman saya yang lain juga meneteskan itu pada tangan saya. Nyess.. panas, itu sama halnya ketika kita menyakiti orang lain.
Lalu lilin diambil dan kami semua harus menutup mata. Sambil berdoa bersama tiba tiba saja ada lilin yang menetes di tangan saya. Perih sangat perih. Bukan hanya setetes tetapi beberapa tetes. Itu adalah cobaan yang ada di hadapan kita yang datang kapanpun tanpa kita ketahui dan harapkan.
Setelah itu tibalah pada pengunjung acara dimalam itu yaitu menyebrangi laut merah. Dengan 2 buah papan dan sebuah tongkat kami diminta menyebrangi lautan, tanpa suara dan dengan kerjasama.


Setelah itu kira kira pukul 2.00 pagi acara sepanjang hari itu ditutup oleh doa dan kami pergi tidur. Sebelumnya Romo menjanjikan bahwa kami akan tidur berkualitas, walau hanya beberapa jam tapi kami akan bangun dengan badan yang bugar. Jam 2 kami pergi tidur dan kami harus bangun pukul 5 pagi. hanya 3 jam waktu kami untuk tidur.
Tanggal 18 Mei 2012 Pukul 5.00 pagi. Saya  bangun dengan sendirinya. Malam itu  saya tidur di aula bersama panitia lainnya. Pagi hari dijuwangi udaranya sangat menyenangkan sejuk dan bebas polusi pastinya. agak siang kami semua para gadis berjalan bersama sama ke sendang, sendang adalah sebuah permandian alami. Berkeliling tembok dan beratap langit sungguh klasik dan menyenangkan. Yaa walau was was juga takut tetangga sebelah para lelaki mengintip ketika kami sedang mandi. Tempatnya cukup luas untuk menampung kami semua dan konon siapa yang mandi disana akan awet muda :p hihihihi...


Setelah mandi dan sarapan kami semua mengikuti misa harian di rumah bapak ronald. Misa di pimpin oleh romo Karol dan musik dibawakan oleh Romo ipeng. Pada saat doa umat kami berdoa berdua dua. Seorang mendoakan temannya yang lain. Khotbah yang diberikan pagi itu juga sangat bagus.












Setelah misa kami berfoto bersama sebentar mengabadikan momen momen kebersamaan di rumah belanda berumur 100tahun.









to be continue...
by cicilia lestari


2 comments:

Thomas said...

ziarah lagi yuk.

Keluarga Mahasiswa Katolik Universitas Budi Luhur said...

ayuk kaka, silahkan
dan kita ada event loh deket deket ini bisa di check di website kita :
http://www.kmkbudiluhur.org/2016/11/gathering-keluarga-mahasiswa-katolik.html