Wednesday, February 24, 2010

8 x 3 = 23 ?

Sang Guru Bijak mempunyai banyak murid, yang datang dari berbagai latar belakang sosial,etnis dan agama. Tak pernah ia menolak calon muridnya. Syaratnya harus sungguh-sungguh belajar. Ia kecewa terhadap muridnya yang malas. Si Putih adalah murit terpandai Sang Guru Bijak. Suatu hari ia di tantang murid yang paling bodoh.

"Putih, kalau kamu memang pandai, coba jawab berapa 8 X 3 itu?"  Secara spontan Si Putih langsung menyebut angka 24.

"Salah", kata Si Bodoh "yang benar adalah 23 !!!"

Tak lama kemudian kedua murid tersebut berdebat tiada habisnya, masing-masing mempertahankan kebenarannya sendiri. Tak tahan berdebat berkepanjangan, Si Bodoh lalu menantang si putih bertaruh.

"Begini putih, seandainya 8 X 3 = 24 kamulah yang benar, aku rela menggorok batang leherku sendiri. Namun kalau ternyata yang benar 23, kamu harus mencopot topimu."

Berusaha mencegah pertaruhan itu Si Putih berkata, "Saudaraku, tiada gunanya pertaruhan ini, saya tidak mau kamu jadi korban sia-sia."

Namun Si Bodoh tetap bertekad meneruskan pertaruhan itu dan bahkan meminta Sang Guru Bijak menjadi wasit.

"Apa yang guru katakan, itulah KEBENARAN" lanjut Si Bodoh.

Maka dengan lesu tak bersemangat, Si Putih pun terpaksa menuruti permintaan saudara seperguruannya itu. Keduanya lalu menghadap gurunya dan menceritakan kembali jalannya perdebatan antara mereka. Sang Guru pun tersenyum, mengangguk-angguk, lalu berkata bahwa 8 X 3 = 23.

Betapa kecewanya Si Putih saat itu respeknya pada Sang Guru merosot ke titik terendah. Ia merasa di bohongi orang yang selama ini begitu di hormati dan dijunjung amat tinggi. Dengan kesal, marah, dan amat kecewa ia lalu membanting topinya. Setengah berteriak ia pun berkata, "Lebih baik aku pulang ke kampung, hidup dengan kejujuran, keluguan, dan kesederhanaan, ketimbang hidup di tengah-tengah kebohongan, kemunafikan, dan kepura-puraan."

Melihat reaksi putih Sang Guru tetap saja tersenyum. Lalu dengan suara lembut Beliau berkata ,"Kalau kamu memang sudah bertekat mundur dan pulang ke kampung aku tidak bisa mencegah, namun kalau kamu masih mau mendengarkan, dengarlah nasehatku ini, sekiranya dalam perjalanan pulang nanti terjadi hujan yang sangat lebat, hati-hatilah, jangan bernaung di bawah pohon besar, karena pohon itu akan tumbang dan menimpamu."

Sambil ngedumel tak jelas, Si Putih pun langsung keluar pergi tanpa sempat mengucapkan kata pamit pada gurunya. Di tengah perjalanan tiba-tiba cuaca berubah drastis. Langit yang semula cerah mendadak berubah hitam pekat. Hujan deraspun seolah-olah di tumpahkan dari langit. Hati putih tercekat dan kala matanya melihat ada sebuah pohon besar di atasnya, secara refleks ia pun menghindar. Pada saat itu sang pohon besar tumbang dengan di iringi suara yang amat gemuruh. Si Putih bergidik, dan menghela nafas, hampir saja nyawanya melayang meninggalkan raganya. Setelah lepas dari kagetnya, Si Putih pun tersadar bahwa Sang Guru benar-benar bukan manusia sembarangan. Si Putih lantas berbalik kanan, tidak jadi pulang kampung, tapi lantas kembali ke rumah Sang Guru untuk memohon maaf dan mohon di terima kembali sebagai murid.

Di depan pintu rumah, gurunya ternyata sudah menunggu sambil tersenyum dan mengelus-elus jenggotnya yang panjang. Si Putih pun terkesima, sebelum sempat ia mengucap sepatah katapun, gurunya berkata, "Putih, 8 X 3 ya 24. Namun seandainya tadi kukatakan 8 X 3 = 24 kamu akan menyesal seumur hidupmu, merasa menjadi pembunuh bagi saudaramu sendiri. 8 X 3 = 24 hanyalah kebenaran kecil, kebenaran matematis. Namun 8 X 3 = 23 dalam konteks tadi adalah kebenaran besar, karena menyangkut nyawa manusia, nyawa saudaramu sendiri. Ingatlah muridku, hidup penuh warna. Setiap warna mempunyai arti tersendiri, namun tidak semua bisa dibaca dengan mata biasa, harus dibaca dengan kejernihan mata hati, kebesaran jiwa, dan kelapangan dada. Kalau hanya soal hitam dan putih, semua orang pasti bisa membedakannya. Namun kalau sudah beraneka warna, sungguh sulit dan rumit untuk mengatakan manakah yang lebih indah, mana yang kurang baik. Demikian pula soal kebenaran, dengan mudah, jelas, ia akan mudah di bedakan dengan kejahatan. Namun acapkali persoalanya menjadi kabur, kala kebenaran versi satu berhadapan dengan versi lainnya. Di sinilah kejernihan mata hati yang harus menentukan. Renungkanlah muridku."

Dari : "BUKU BERTAMBAH BIJAK SETIAP HARI" - Budi S. Tanuwibowo

Saturday, February 20, 2010

Abstinence and Fasting for Catholic (Pantang dan Puasa bagi Orang Katolik)


Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus Kristus. Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orangtua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.(khk 1251-1252)


Jadi sebagai orang Katolik wajib berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Jadi, selama masa Prapaskah, kewajiban puasa hanya dua hari saja. Yang wajib berpuasa adalah semua orang beriman yang berumur antara delapan belas (18) tahun sampai awal enam puluh (60) tahun.


PUASA berarti:
makan kenyang hanya satu kali dalam sehari.
Untuk yang biasa makan tiga kali sehari, dapat memilih
• Kenyang, tak kenyang, tak kenyang, atau
• Tak kenyang,Kenyang, tak kenyang, atau
• Tak kenyang, tak kenyang, Kenyang

Orang Katolik wajib berpantang pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat sampai Jumat Suci. Jadi hanya 7 hari selama masa PraPaskah.
Yang wajib berpantang adalah semua orang katolik yang berusia empat belas (14) tahun ke atas.

PANTANG berarti
• Pantang daging, dan atau
• Pantang rokok, dan atau
• Pantang garam, dan atau
• Pantang gula dan semua manisan seperti permen, dan atau
• Pantang hiburan seperti radio, televisi, bioskop, film.


Karena begitu ringannya, kewajiban berpuasa dan berpantang,
sesuai dengan semangat tobat yang hendak dibangun,
umat beriman,
baik secara pribadi, keluarga, atau pun kelompok,
dianjurkan untuk menetapkan cara berpuasa dan berpantang yang lebih berat. Penetapan yang dilakukan diluar kewajiban dari Gereja, tidak mengikat dengan sangsi dosa.

Dalam rangka masa tobat, maka pelaksanaan perkawinan juga disesuaikan. Perkawinan tidak boleh dirayakan secara meriah.


ARTI PUASA dan PANTANG

PUASA adalah tindakan sukarela Tidak makan atau tidak minum Seluruhnya, yang berarti sama sekali tidak makan atau minum apapun Atau sebagian, yang berarti mengurangi makan atau minum.

•Secara kejiwaan, Berpuasa memurnikan hati orang dan mempermudah pemusatan perhatian waktu bersemadi dan berdoa.
• Puasa juga dapat merupakan korban atau persembahan.
• Puasa pantas disebut doa dengan tubuh, karena dengan berpuasa orang menata hidup dan tingkah laku rohaninya.
• Dengan berpuasa, orang mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan kehendakNya. Ia mengorbankan kesenangan dan keuntungan sesaat, dengan penuh syukur atas kelimpahan karunia Tuhan. Demikian, orang mengurangi keserakahan dan mewujudkan penyesalan atas dosa-dosanya di masa lampau.
•Dengan berpuasa, orang menemukan diri yang sebenarnya untuk membangun pribadi yang selaras. Puasa membebaskan diri dari ketergantungan jasmani dan ketidakseimbangan emosi. Puasa membantu orang untuk mengarahkan diri kepada sesama dan kepada Tuhan.

Itulah sebabnya, puasa Katolik selalu terlaksana bersamaan dengan doa dan derma, yang terwujud dalam Aksi Puasa Pembangunan.
Semangat yang sama berlaku pula untuk laku PANTANG.
Yang bukan semangat puasa dan pantang Katolik adalah:

•Berpuasa dan berpantang sekedar untuk kesehatan: diet, mengurangi makan dan minum atau makanan dan minuman tertentu untuk mencegah atau mengatasi penyakit tertentu.
•Berpuasa dan berpantang untuk memperoleh kesaktian baik itu tubuh maupun rohani.

SABDA TUHAN SEHUBUNGAN DENGAN PUASA :


"Melalui nabi Yesaya, Tuhan bersabda:
Berpuasa yang Kukehendaki ialah,
Supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman
Dan mematahkan setiap kuk
Supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya
Dan mematahkan setiap kuk,
Supaya engkau memecah-mecahkan rotimu bagi orang yang lapar
Dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tidak mempunyai rumah
Dan apabila kamu melihat orang telanjang
Supaya engkau memberi dia pakaian
Dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri.
Pada waktu itulah
Engkau akan memanggil dan Tuhan akan menjawab
Engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku
Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu
Dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah
Apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri
Dan memuaskan hati orang tertindas
Maka terangmu akan terbit dalam gelap
Dan kegelapanmu akan seperti bintang rembang tengah hari"

Dalam kotbah di bukit, Yesus bersabda tentang puasa:

“Apabila kamu berpuasa,
Janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Tetapi apabila engkau berpuasa,
minyakilah kepalamu
Dan cucilah mukamu
Supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa

Melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”